Apakah Hujan Tahun Ini Akan Melahirkan Cinta?
Hari-hari hujan turun
Di sepanjang cakrawala yang meluas kelabu
Suara gemericik di luar jendela masa lalu
Mengenang aku di dalam kamar sedu
Yang bertenang pada lembar-lembar buku
Kata-kata bergantungan di tiang
Pikiranku, kalimat-kalimat merangkai
Membentangkan semu-semu yang lampau itu
Angin dingin merangkul tubuh
Menjadi selimut untuk membasuh
Alam kencanku–
Pada ingatan tentang sebuah jarak jauh
Di punggung laut dan yang
Tak pernah sekalipun kulihat
Dalam hidup
Apakah hujan tahun ini
Akan melahirkan cinta?
Ketika embun ke pelupuk mataku
Menutupi ketakutan-ketakutan itu
Pada sebuah harapan
Yang aku selalu tahu
Akan dijawab oleh Sang Penentu.
2020
Pada Waktu Itu
Tanah basah yang licin
Langkah yang terbata-bata
Ragu.
(Takut Terjatuh)
Waktu semula semua kering
Krikil tajam di atas tanah
Tersebar dan tak ada langkah ragu ini
Meski di telapak terluka parah
Setelah tahun-tahun berlalu
Dalam menahan perasaan sakit
Gemuruh suar dalam dadaku
Ruangku yang paling sunyi
Memanggil-manggilku:
“Hei, kesepianku…”
“Hei, ketakutanku…”
Di depan wajah cermin
Nampak sekali senyuman dungu
Malu-malu ketika hujan yang turun
Mulai kembali memperhatikanku
(Seperti masa-masa dayu menyenangkan
Mengisi kekosongan hariku)
Waktu semula semua basah
Langkah yang terbata-bata
Ragu
Akhirnya terpeleset juga
Pada waktu
(Itu).
2020
Hilang
Tunggu-tunggu
Suaraku
Menyatakan perang
Kepada pulau tak terjamah
Dan tuli telinganya
Musim hujan
Suara-suara samar
Dan suaraku
Menyatakan perang
Sudah lama usai
Kepada pulau yang telah juga hilang
Dari peta percintaanku.
2020
Cintaku
Cintaku
Jika mau cintaku
Tunggu yang bercecer-cecer di tanah
Menjadi air sumur di rumahmu dan
Kelak jika aku ingin berikan
Suatu waktu aku datang sendiri
Meminta air itu dalam keadaan hangat
Di musim yang kedinginan.
2020