Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

Sepotong Kayu yang Bertanya tentang Kayu Dagingnya atau Pinocchio as He Searches for His Missing Mother

author = Andre Wijaya

Juara 2 Lomba Cipta Puisi Festival Sastra UGM 2020

Sepotong Kayu yang Bertanya tentang Kayu Dagingnya
atau Pinocchio as He Searches for His Missing Mother

suatu hari
tak ada pohon yang boleh bicara
kepada diri sepotong kayu hingga

di suatu hutan
pada sebuah pohon besar dan gendut batangnya
sepotong kayu bercakap pada dua jalan rantingnya
dan dalam tubuhnya, ada yang diam-diam menjadi
air pertanyaan

mengertilah, anakku
kaki tangan ibu telah mengalir air yang sama seperti dalam dirimu
apakah getah tubuhku tak semerah darah seperti dalam tubuhmu?
pergilah, anakku: ke mana saja kau mau, tapi jangan lagi kepadaku

dan air di dalam tubuhnya menyusun sebuah jawaban
lalu mengeras menjadi akar-akar yang menjulur dan
memanjang: yang setiap ujungnya penuh kebingungan

dan kebingungan itu menyusun lagi dua jalan kenyataan
kenyataan kepada siang dan kenyataan kepada malam
ia mencari timur; ia mencari barat; ia melupakan selatan
dan dalam tubuhnya, ada yang diam-diam malah menjadi
jalan ranting kepada siang; jalan ranting kepada malam

satu jalan ranting kepada siang
suatu kali
jika sepotong kayu boleh bertanya
maka setiap pohon akan bicara

kepada sebuah pohon besar dan gendut batangnya
jika sepotong kayu bertanya tentang kayu dagingnya
maka akar kaki pohon itu menjalar dan bersuara teduh
mengutuhkan pesan kepada rapuh ranting-rantingnya, lalu
satu ranting di tubuhnya menyusun urutan daun yang jatuh
kepada tanah

dan daun itu adalah sepuluh jari-jemarinya yang hijau juga
ungu seperti warna umbi yang terpendam sehampar bentala

dan kepada siang, satu ranting pohon itu mulai berbahasa
maka sepotong kayu itu boleh diam, tak boleh bersuara
tetapi, boleh membuka matanya

lalu, dari punuk rantingnya
dijatuhkannya serangga di kepala sepotong kayu itu
tetapi, tak ada sepotong kayu yang boleh bersuara
karena tidak ada pohon yang boleh bicara maka
ditunjukkannya muka ketakutan dari canggah
tangkai tangannya

dan tiba-tiba
pohon itu mengangkat satu rantingnya kepada sebuah siang
maka sepotong cahaya menyinarinya serta sepotongnya lagi
siluet rantingnya menyentuh kening sepotong kayu miliknya
lalu satu per satu, daun-daun pun jatuh seperti air matanya

tetapi, angin tiba-tiba berbisik; membawa aroma getah pohon
yang pernah tergores dari kapak dan gergaji tukang kayu

lalu dari bayangan bonggol pohonnya
sepotong kayu itu memandangi kecil kaki-kakinya
maka tatapan itu menjadi satu jalan kebingungan
kepada paku-paku yang menyimpan nyeri
: yang menghantar perih ke dalam dirinya

dan kepada siang, satu ranting pohon itu berbahasa
kepada matahari; meminta biji-biji cahaya tumbuh
sebagai malam di dalam hutannya dan membiarkan
malam akan membukakan matanya: mata anaknya

tetapi, tiba-tiba
malam melihatnya melalui mata seribu kunang-kunang
dan kunang-kunang itu menangkap cahaya yang masuk
ke dalam matanya

satu jalan ranting kepada malam
suatu kali
jika setiap pohon boleh bicara
maka sepotong kayu akan bertanya
kepada salah satunya, apakah dia
adalah anak pohonnya?

kepada sebuah pohon besar dan gendut batangnya
jika sepotong kayu bertanya tentang kayu dagingnya
maka seekor kunang-kunang akan berhenti berkedip
memberi cahaya kepada lemah ranting-rantingnya, lalu
satu ranting pohon itu menyentuh wajah sebuah bulan
yang sinarnya jatuh ke dalam mata anaknya

dan sinar itu adalah bayangan rantingnya di kaca sungai
sungai yang mengambil mukanya karena sepotong kayu
itu adalah anaknya; yang bercermin dalam ngalir airnya

kini, tak ada yang bisa memaksa satu rantingnya berbicara
bahkan ketika muka anaknya berupa ikan-ikan yang mengira
wajahnya adalah makanannya; maka air sungai yang melarikan
sepotong tubuhnya tiba-tiba menjadi air yang hilang gemerciknya

suatu kali
di suatu hatinya
pada sebuah pohon besar dan gendut batangnya
itu adalah pohon yang telah ditebang kayunya
: telah diambil buah hatinya

lalu, kepada pohon itu dan dua jalan waktu di rantingnya
sepotong kayu bertanya di mana ibunya, daging kayunya

tetapi, tak ada pohon-pohon yang boleh bersuara
karena tidak ada pohon yang boleh bicara maka
sepotong kayu itu pun memilih untuk berbicara
: mengatakan tak akan lagi mencari pohon ibunya

tetapi, di dalam hatinya
kata-kata itu adalah kebohongannya kepada kesunyiannya maka
sepotong kayu yang berbohong itu pun jadi panjang hidungnya

dan suatu hari
di suatu hutan
pada sebuah pohon kering dan kurus batangnya
sepotong kayu bertanya tentang kayu dagingnya
tetapi, dahan pohon itu diam-diam mematahkan
kedua rantingnya
secara tiba-tiba

Yogyakarta, April 2020