Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

Puisi-Puisi LY. Misnoto

author = LY. Misnoto

Kemerdekaan yang Hilang di Pedalaman Kota

kita tunaikan perjalanan

ke arah temu yang menuai makna;

tanpa berlari

atau hanya sekadar membawa obor

dari sisa-sisa kemerdekaan

yang didiamkan dalam sebuah rahasia

 

sampailah kita pada pedalaman kota

dan kemerdekaan hanya riwayat bagi cerita

 

Bekasi, 2020

Kata Sakral di Keningmu

bisa saja kita sebut mantra keabadian

yang sering dibaca di keningmu

dengan ciuman mesra

sebelum membuka tabir tubuhmu

dan berdansa–layaknya di sebuah pesta–

pada ranjang yang senantiasa menunggu

tak sampai purnama menjadi kota

bagi tubuhmu, tubuhku, dan kenikmatan kita

gelap–dengan segala sandiwara–

menyembunyikan ingin di tempat paling rahasia

 

burung ikut bersandiwara bersama kekasih

pada dahan yang baru saja patah

di halaman rumah kita

sebab angin tak mampu menahan luka

matahari dalam sebaris kata

yang kubacakan di keningmu, sayang

 

bagaimana kalau kita sama-sama

menikmati sebotol anggur

dari keringatmu yang basah

sebelum mengering di ranjang?

biar kata kian sakral di keningmu

dan kita bersama-sama pergi

ke kota–mengadu nasib–

demi sebuah asa kepulangan

 

barangkali namamu menjadi riwayat

bagi sepi yang kehilangan tanya

sebelum kita benar-benar pulang

 

rumah kita telah menjadi mahligai dalam angan

 

aku tahu, di keningmu tersisa ciuman

yang menjadi tanya bagi rindu

yang menjadi gelisah bagi cerita

yang menjadi renta bagi riwayat

dalam tidurmu di suatu malam

tidurlah, sayang!

damaikan rindu pada bantal kesayanganmu

 

bila tubuhmu gelisah dirundung dingin

bacalah mantra sebuah pelukan

sebelum sempurna memejamkan mata

biar malam menyimpan aku

dalam hangat tubuhmu

 

Bekasi, 02 Januari 2021

Menunggu dalam Kecemasan

bila tangis melahirkan cemas

pada silau mata yang terpejam

–jangan paksa membaca puisi rindu

 

sebelum sujud selesai dalam penantian

memutuskan seluruh pemujaan di tubuh

yang seringkali menyimpan resah

juga tawa di ruas-ruas kenangan

dengan dekapan penuh kehangatan

 

dan setiap kali gelap menjadi riuh

di depan rumah–tempat menunggu kepastian

almanak di kamar pecah dalam tanya

melebur hari-hari yang gagal diramu

di sudut perbatasan, kemurungan mengusangkan doa

pada perenungan sajadah keabadian

yang dibekap ritual masa tua

meski malam-malam masih bersembunyi

dalam kecemasan: menunggu kedatangan

 

detak jantung kehabisan tenaga

bersama air mata pada gelisah

sementara penantian belum berakhir sempurna

dengan kecemasan-kecemasan menghujam

sebelum pintu rumah terbuka dan tertutup kembali

dan ia masih berucap:

kebahagiaan adalah kau sebelum purnama

 

apakah dengan luka kau kembali?

pilu masih pasrah dengan harap

tanpa ada kenangan di setiap jejak

dan ia ingin kembali menjadi puisi

 

ah, kecemasan lelah menjadi kelahiran bagi tunggu

 

Bekasi, 09 Januari 2021

Kepadamu, Kekasih

kepadamu, kekasih

lewat puisi yang ditulis dengan suara tangis

menyisakan isak di setiap masa

sebab sunyi menjadi kata dalam rindu

yang lebih tajam dari sekadar ingin

 

rupanya gelisah selalu diasah dalam sunyi

merangkum seluruh isak lewat dengkur malam

 

senyap adalah riwayat bagi gelap

pada setangkai pohon di halaman

yang menafsir rintih dari sebuah perkenalan

dan hanya kepadamu semua tak berlalu

 

pada siapa cerita asmara kulabuhkan, kekasih?

ada bait-bait mengeja purnama kota

setiap kali berpasrah pada keheningan ingin

sementara desa kita begitu mesra memuja

 

kepadamu, kekasih

air mata begitu syahda

meramu segala suara di penghujung hari

dengan pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban

 

kekasih, hanya kepadamu seluruh puisi bersaksi

 

Bekasi, 18 Januari 2021

Cerita yang tak Pernah Usang dalam Kecemasan-Kecemasan di Dada

di dada tersimpan riwayat senyum

yang menjelma di setiap air mata harapan

sementara kota disulam kegelisahan

sebelum mimpi-mimpi menjadi kisah

dalam peluh peluh perjalanan;

untuk singgah

 

segala; tentang cahaya yang gulita

di jalan menciptakan kecemasan

bagi penantian suara surga

yang membias pada sebuah langkah

dan di jalan terakhir namamu terlena

dengan sempurna merangkai cerita

 

sebelum terhenti dengan kesempurnaan

kecemasan hanya abjad kesedihan di dada

pedihnya tak diabadikan

sampai tuntas; indah menjadi riwayat

dalam denah sepi, bukan kota

sebab di kota hanya ada doa

 

dan biarkan cerita menjadi pujaan

sebelum kecemasan menjadi tuhan

 

Bekasi, 27 Januari 2021