author = Wiviano Rizky Tantowi
Tiga Cara Menikmati Syukur
Ada tiga cara kita menikmati syukur:
1. Jangan pernah mengeluh
saat ibu memasak sayur kesukaanmu
dengan tangis melunak dan bumbu beban
spp sekolah anak-anaknya yang tak lekas lunas.
2. Dengarkan ayah ketika membagi sepotong cerita,
tentang kemenangan atas hidup mengembaranya
yang ia letakkan di atas medan catur sebelum raja
benar-benar mengancam kedudukan ratu di ranjangnya
3. Peluklah adik dengan ikhlas
meski di tangannya tampak jelas
takdirnya lebih mengalir deras
ketimbang kita yang sesekali masih
suka memasang raut wajah melas dihadapan-Nya.
Maaf Yang Bercermin
Hari yang kamu jalani kemarin
adalah maaf yang bercermin
dan memantaskan diri
menemui salah dan lalai di hari ini
Kisah Dua Bapak Muda
Vas bunga tergelepar di busung palka
sendirian, mendengar dua bapak muda
saling lempar pertanyaan resah dengan mendesah
(oh, kubiarkan anakku menyelami dilemanya sendiri, katanya)
Lenguhannya, denting sepasang alat makan, koki yang tak sabar,
kelotek alat-alat dapur juga sanggahan dari bapak muda satunya,
kian binal dan sentimental, sementara di ujung tempatku berada
seperti tak ada apa-apa, gemuruh tawa dari suara terpaksa,
berhasil kalahkan wabah yang melanda. Bagi mereka hidup adalah
perkara pembagian masalah. Aku di sini hanya mengamati,
betapa semua baik-baik. /Kalau dua bapak
itu mau marah, peraslah biji nangka dalam wadah/ dan napas megap-megap
pada bungkus kresek yang ringsek. Sejurus kemudian, mereka berdua lupa
di kopinya masing-masing ada pahit yang larut dari sisa kecemasan keluarganya
dan sepotong kata maaf yang baru khilaf.
Kematian Kita Menjadi Lagi Rumah
:untuk Joyce Christin K.
Sekilat kilau cahaya sore ini menyilau di hamparan ruang tamu
—katamu, “tak kutemukan lagi rumah sesungguhnya”
datang dengan sebungkus pangsit dan berita pahit
merupakan kesedihan yang berusaha mendobrak masa laluku
lalu kamu diam, aku bungkam
tak berani melanjutkan cerita. (pantas saja, dering telponmu
menyaut ragu) tapi aku juga punya firasat buruk yang meremukkan
pikiranku sepanjang gugus bintang itu redup, dan aku tak bisa apapun
selain mengaku dihadapanmu aku lemah yang berusaha menolak pasrah
(dan lantas aku memelukmu sampai kematian kita menjadi lagi rumah)