Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

Si Pembohong Paling Ulung Sedunia [Etgar Keret]

author = Ireisha Anindya

Lihatlah dia yang berdiri di tengah jalan ketika hujan lebat, mengaku-aku tidak kedinginan kepada semua orang. Suhunya sudah nyaris mencapai titik beku tapi ia bahkan tidak bersin sedikit pun. Butir-butir hujan bergulir di keningnya seperti peluh keringat, dan mulutnya—sungguh, kau harus lihat sendiri: mulutnya benar-benar harus dimasukkan ke dalam fenomena kosmis, sebagai si lubang hitam yang melumat realitas untuk dimuncratkan keluar menjadi sama sekali berbeda. Kini ia berkata sungguh-sungguh bahwa masa depan yang gemilang menunggu anak-anak kita. Lalu entah berapa menit lagi ia akan menjelaskan bahwa Tuhan sungguhan ada, dan menurut-Nya kita ini baik-baik saja. Lantas ia akan duduk di sebuah café kecil, menyeruput teh lemon panas, lalu bersumpah baru minum kopi.

Ia tak selalu seperti ini. Ketika masih kecil, ia sama sekali tidak bisa berbohong. Bahkan ketika jendela kaca kelasnya pecah, ia mengacungkan tangan dan mengakui bahwa ialah yang melemparkan batu. Akan tetapi, kejujurannya hanya membuatnya tercatat dalam rekam jejak kriminal di bawah usia sebagai pelaku vandalisme properti. Setelah mengarungi jalan panjang berliku dalam hidupnya, ia berbelok, memutar arah sepenuhnya, tak lagi kembali.

Awalnya ia hanya berbohong pada orang asing, lalu orang-orang yang benar-benar ia sayangi, dan lantas kepada dirinya sendiri. Yang terakhirlah pamungkasnya. Hanya dalam satu menit, genangan kotor yang membuat kaus kakinya basah menjelma menjadi sesuatu yang hangat dan sehalus beludru. Cukup dengan satu kalimat—kekalahannya pun berubah menjadi penyerahan diri, kesepiannya menjadi pilihan, dan ajal yang semakin dekat sesungguhnya adalah tiket masuk surga.

Ia tak naif. Tak semua orang mengapresiasinya, ia tahu. Akan ada orang-orang fanatik kelewat saklek yang menyanjung-nyanjung kebenaran nan menjemukan ibarat sesuatu yang teramat istimewa, alih-alih hal standar dan membosankan. Apa kau pernah melihat onggokan sampah membual? Atau berudu? Atau mungkin serangga? Tentu tidak. Cuma manusia, makhluk paling mutakhir, yang mampu mengubah dunia melalui kata-kata. Melalui kata-kata mereka bisa menciptakan realitas baru. Mungkin tidak benar-benar realitas, tetapi setidaknya sesuatu. Yang bisa dicengkram erat-erat, yang mungkin akan membuatmu bertahan, tak lantas tenggelam. 

Sekarang, lihatlah dia beraksi. Di sebelah kanannya, ada istrinya dan kedua anaknya yang dicintai dengan sepenuh hati. Di sebelah kirinya, ada pelayan muda bertubuh langsing yang bercita-cita memperoleh gelar hubungan internasional. Diciumnya si pelayan sambil mengatakan bahwa ini tidak apa-apa pada dirinya sendiri. Lalu ia menjemput si kembar dari taman kanak-kanak dan memberitahu mereka bagaimana ia dan ibu mereka membawa mereka ke dunia ini. Satu menit lagi, ia akan menikmati rokoknya seusai bercinta, lantas ia akan katakan pada si pelayan langsing serta dirinya bahwa ia belum pernah merasakan cinta yang begitu menggetarkan hatinya sebelumnya. Cintanya laksana kekuatan alam, sebagaimana badai, yang akan menarikmu turut serta entah bagaimana, sehingga sia-sia saja dilawan. 

Dua bulan dari sekarang, ia yang lelah dan terasing bersemayam dalam apartemen sewaannya di Petach Tikva. Di sana ia tak sabar menunggu akhir minggu selanjutnya ketika ia bisa tidur lelap di atas kasur sebelah si kembar. Mimpi-mimpi tidurnya di sana akan dihantui oleh perasaan bersalah. Ia akan bersikeras semua itu terjadi karena ia menyadari siapa dirinya. Karena ia memutuskan untuk menikmati hidup sepenuhnya, bukannya sekadar jenuh menonton di sisi sayap, seakan-akan ini film mancanegara yang diputar di bioskop independen—tontonan si pelayan yang mau tak mau terpaksa ia tonton.

September nanti dia akan mewakili kami di Kejuaraan Berbohong Sedunia. Menurut komentator, ia nyaris dipastikan akan meraih medali. Mereka bilang, ia begitu ulung dan bila entah bagaimana caranya ia gagal, tak perlu diragukan lagi ia akan meyakinkan dirinya—plus kita semua—kalau dia yang keluar sebagai pemenang. Bagaimanapun, begitulah dirinya: si mental jawara. Pusatkan konsentrasi pada tujuanmu. Jangan segan memantati dan mengentuti kebenaran sekalian. Tak sedikit pun ia pernah menyesal dan kalaupun pernah—mana mungkin akan ia akui sedikit pun?

Terjemahan dari “The Greatest Liar in The Worldâ€? karya Etgar Keret. Bahasa asal Ibrani, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari terjemahan bahasa Inggris (penerjemah: Jessica Cohen) yang dimuat di Literary Hub.