Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

(Sekadar) Omong Kosong Setelah Nonton John Wick 3

author = Titis Anggalih

Film ini saya tonton pada sebuah malam di bulan Ramadhan,
sebuah malam yang sebaiknya orang mengaji atau setidaknya menghapal kitab suci.
Jadi, apabila saya berdosa karena membuang waktu yang demikian berharga
alih-alih sebanyak mungkin beribadah, maka berdosa pula mereka yang menikmati
resensi omong-kosong ini.

***

Omong kosong bagi penulis resensi yang mengatakan dialog dan
aksi pada film ini disajikan berimbang, sebab nyatanya aksi lebih lebih padat
dibanding dialog. Justru muatan dialog yang sekedarnya namun mengena menjadi
sesuai dengan genrenya, sebab tidak banyak buang kata-kata. Artinya tiap
kalimat antar tokoh begitu efektif. Maka, ketidakseimbangan tersebut justru
menjadi salah satu nilai plus Parabellum yang konon memperoleh reputasi “Fresh
Tomattoes” versi Rotten Tomattoes,
menggeser ranking teratas jumlah penjualan tiket Avengers pada awal-awal hari
penayangan (meski untuk hal ini faktornya bisa bermacam-macam, seperti promosi,
dll.).

Omong kosong pula jika dikatakan tensi ketegangan menurun
pada pertengahan film. Saya rasa hal ini memang kesengajaan sutradara Chad
Stahelski. Jikapun menurun, agaknya kurang pas jika disebut kekurangan. Maksud
saya, banyak cerita menarik yang bermaksud menampilkan ledakan ketegangan di
awal cerita. Kita ingat Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, membuka cerita
dengan kebangkitan tiba-tiba Dewi Ayu dari liang kubur setelah dipendam puluhan
tahun. Ini teknik yang sama yang saya pakai dalam cerpen Kisah Perempuan yang
Membalurkan Kotoran Sapi pada Kemaluannya Seumur Hidup, yang langsung diawali
oleh adegan seorang lelaki sekarat, tak peduli letaknya masih di awal atau
pembukaan cerita. Nah, teknik ini memiliki fungsi mengikat perhatian dan rasa
penasaran penonton (atau pembaca, jika media cerita melalui tulisan) agar setia
menikmati kisah hingga tuntas.

Melanjutkan omong kosong lainnya, yang bisa dikatakan sebagai kritik (karena saya bisanya juga cuma mengkritik, kalau bisa bikin film tentu saya sudah bikin film!), adalah adanya beberapa jeda atau ancang-ancang musuh sebelum menyerang John Wick. Saya menangkap detail jeda tersebut sebagai keraguan para stuntman. Saya berharap adegan aksi yang lebih alami (ada benar kata pujangga jomblo: kekecewaan hanya ada jika kita pernah berharap). Menimbulkan kesadaran kembali pada benak saya: ‘it’s not real, it’s just a movie’.

Oh, shyt! Yang
tadinya sudah enak-enak hanyut mengikuti alur, tiba-tiba tersadar lagi oleh hal
kecil.

Juga tentang bagaimana Bang Yayan Ruhiyan dan Cecep Arif
Rahman memakai pisau karambit malah muncul sebagai anak buah pengguna katana.
Kalau di Indonesia, kebanyakan berlaku filosofi lawas ‘makin pendek atau makin
kecil senjata, maka makin mumpuni kesaktian penggunanya.’ Prajurit keraton yang
pegang pedang lebih tinggi jabatannya dari prajurit yang pegang tombak. Yang
pegang keris lebih tinggi dari yang pegang pedang. Lebih sakti lagi jika tanpa
senjata, alias tangan kosong (ingat John Wick malah cukup pakai pensil dan
buku).

Sedikit tentang karambit, menurut saya, kiranya juga bisa
mengakibatkan luka lebih ngelu
dibanding katana. Bentuk pisau yang menyerupai sabit mampu menciptakan
setidaknya 2 jenis luka: sayatan jika terkena searah dari pangkal menuju ujung
senjata, seolah bentuknya begitu memahami karakter kulit manusia yang elastis (bayangkan
plastik yang tengah direnggangkan, tentu robekannya melebar jika tersayat).
Juga jenis luka cabikan jika mata pisau yang lebih dulu terbenam di kulit. Ini
jenis luka yang tidak bisa diakibatkan oleh katana.

Terakhir, apakah Indonesia ditampilkan ataupun tidak dalam
perfilman dunia, saya sudah bangga pada seni bela diri Indonesia sejak dalam
pikiran. Jika dalam film saja sekeren itu, bagaimana di kenyataan? Artinya, bukan
pasar yang kecil juga kalau perhatian netizen Indonesia (sebagai salah satu
pengguna media sosial terbanyak sedunia) disedot dengan menghadirkan Bang Yayan
dan Cecep Arif Rahman.

Well calculated, isn’t
it?