Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

Pohon Pisang dan Puisi-puisi Lain

author = Teresa Zevanya Dyaniputri

Hari sabtu yang cerah, Dinda dan Dino mengunjungi museum. Bersama kedua orang tuanya, mereka melihat-lihat kerangka dinosaurus dan binatang-binatang purba. Setelah itu, mereka menuju ke galeri harta. Kebetulan waktu itu museum sedang sepi, hanya ada mereka di ruangan itu. “Lihat, Kak!” kata Dinda. “Ada berlian besar tuh.”

Memang benar, ada sebuah berlian yang besar sekali di tengah ruangan itu. Posisinya berada di dalam kotak kaca.

Karena Dinda dan Dino ingin buang air kecil, mereka sekeluarga pergi ke kamar kecil. Bersama-sama mereka meninggalkan ruangan tersebut. Setelah selesai dari kamar kecil, mereka kembali ke dalam galeri. Namun, alangkah terkejutnya mereka tatkala melihat kotak kaca tempat menyimpan berlian, ternyata berliannya sudah tidak ada, “Berlian itu hilang!” pekik mereka.

Kaca pelindungnya ternyata pecah di satu sisi, dengan bentuk lingkaran sempurna. Tidak ada remah pecahan sedikitpun. Keluarga itu kemudian melapor kepada penjaga terdekat. Mereka pun kemudian mencoba melihat kamera pengintai. Dari hasil rekaman terlihat bahwa berliannya masih aman namun kemudian tiba-tiba kamera pengintai mati dan ketika hidup dan merekam lagi, berliannya telah hilang.

Penjaga museum segera menghubungi polisi terdekat. Polisi segera datang lalu melakukan inspeksi dan investigasi di dalam ruangan itu. Dari hasil pemeriksaan, tidak ada sidik jari yang tertinggal di kotak kaca itu. “Mungkin pelakunya menggunakan sarung tangan” kata Dinda kepada Dino. Tidak ada petunjuk lain kecuali pecahan kaca lingkaran itu. Mereka semua terheran-heran bagaimana pelakunya bisa melakukan hal itu.

Dinda dan Dino larut dalam pikiran mereka masing-masing. Mereka mengingat-ingat buku-buku dan pelajaran tentang teknologi. Lalu seperti ada lampu yang menyala dalam benak mereka, keduanya teringat pada sebuah buku teknologi yang menjelaskan tentang laser. Di dalam buku itu diterangkan bahwa laser bisa menembus apapun, mulai dari kertas hingga gunung. Kaca juga bisa dipecahkan menggunakan laser.

Kakak beradik itu meminta salah satu dari para polisi untuk menyentuh pinggiran kaca itu. “Jika panas, berarti pencurinya menggunakan laser, Pak Polisi,” kata Dinda dan Dino bersamaan. Polisinya mengangguk, lalu menyentuhnya. Sedetik kemudian ia langsung melompat menjauh sambil memegang jarinya. “Panas,” teriak Pak Polisi itu. Ia langsung mengatupkan mulutnya karena telah mengganggu ketenangan. Ternyata benar, pinggiran pecahan itu panas.

Kemudian, polisi bergegas melacak keberadaan toko laser termahal. Ternyata, toko itu berada tepat di sebelah museum. Para polisi bergegas ke sana dan menanyakan siapa yang baru-baru ini datang ke sana dan membali laser. Penjaga toko itu mendeskripsikan wajah orangnya. Para polisi juga menanyakan benda-benda apa saja yang orang itu sentuh untuk menemukan sidik jari.

Polisi segera melacak keberadaan orang itu dan tak berapa lama mereka berhasil menangkapnya dan memasukkannya ke dalam mobil. Dinda dan Dino ikut pula ke kantor polisi. Di sana, mereka berdua diberi lencana kehormatan. Wah, betapa senangnya mereka mereka.

Para polisi segera menanyakan keberadaan berlian kepada pencurinya. Pencuri itu bernama Joni. Pak Joni mengaku kalau berliannya disimpan di rumahnya. Para polisi segera menjemput berlian itu serta tak lupa berterima kasih kepada Dinda dan Dino.