Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) bersama Bakti Budaya Djarum Foundation meneruskan investasi panjang dalam dukungan fasilitasi ruang presentasi karya seniman muda melalui program Jagongan Wagen. Pada edisi keenam Jagongan Wagen di tahun ini, PSBK menghadirkan Guntur Nur Puspito yang merupakan penerima Hibah Seni PSBK. Fasilitasi akses studio penciptaan, kuratorial dan produksi pementasan berlangsung di kompleks art center PSBK sejak pertengahan Agustus 2019.
Guntur Nur Puspito, lahir di Parigi (Sulawesi Tengah. Tahun 1998 masuk Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta dengan instrument mayor biola, dibawah bimbingan Pupik Yeti Vivi Yanti & Sapta Ksvara Kusbini. Lulus dari SMM tahun 2001 & melanjutkan studi S-1 ke Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, dibawah bimbingan Oni Krisnerwinto S.Sn., & Drs. Djunaedi. Lulus dari ISI tahun 2008. Menekuni aransemen semenjak memasuki bangku perkuliahan, dibawah bimbingan Drs. RM. Singgih Sanjaya M.Hum., dan Oni Krisnerwinto. Tujuh tahun terakhir mulai menekuni musik dalam penggarapan sebuah karya, baik karya sendiri maupun kolaborasi.
Semar Gaung adalah pertunjukan musik kolaboratif yang digagas oleh Guntur Nur Puspito atas pembacaan ulang terhadap sosok Semar dengan mengkontekstualisasikannya pada realitas hari ini. Dalam karya ini, Guntur berkolaborasi dengan Bayu Aji Nugraha (Dalang), Asita Kaladewa (Seniman Pantomime), Kinanti Sekar Rahina (Penari), dan Muhammad Shodiq (Penulis Naskah). Pertunjukan kali ini tertuju pada dialog tentang pengetahuan hari ini, seperti halnya pitutur Semar, tak lagi didengar. Suaranya menggaung, terlontar, membentur pada kepala-kepala beku dan kembali pada dirinya sendiri.
Semar adalah salah satu karakter dalam pewayangan yang kuat dan luas pengetahuannya. Sehingga dia dijuluki pamong para kesatria. Semar adalah simbol pengetahuan yang menjadi rujukan. Tapi zaman sudah berubah. Setiap manusia sudah mampu mengakses ‘pamong (guru)’-nya masing-masing. Sesederhana membuka layar gawai dan menemukan sumber-sumber; rujukan-rujukan daring disejajarkan dengan guru. Atau lebih jauh lagi, menganggap semua yang berasal dari daring mempunyai bobot pengetahuan yang sama. Dalam konteks Semar, ini seperti membayangkan tentang apa yang terjadi jika murid-murid Semar tidak lagi menjadikannya sebagai rujukan sumber pengetahuan. Ruang-ruang yang mulanya bersifat nyata hari ini disejajarkan dengan ruang-ruang yang bersifat maya.
Dalam pertunjukan kali ini seniman ingin mengajak penonton untuk merenungkan kembali perihal kebiasaan kita saat ini dalam mengakses pengetahuan melalui dunia maya. Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia maya telah membukakan akses pengetahuan seluas-luasnya dan tanpa batas, namun di lain hal dunia maya juga telah menghilangkan peristiwa tatap muka dalam mengakses pengetahuan. Bahwa dalam peristiwa tatap muka ada hal lain yang kita dapatkan yaitu belajar tentang adab (attitude). Sedangkan akses ilmu pengetahuan di dunia maya seringkali absen akan hal tersebut.
Melanjutkan spirit maestro seni Indonesia Bagong Kussudiardja, PSBK mewujudkan diri sebagai art center dengan misi mendukung pengembangan kreatif seniman dan masyarakat umum untuk terus terhubung pada nilai-nilai seni dan budaya, keberlanjutannya, dan penciptaan nilai-nilai budaya melalui seni. PSBK hadir sebagai laboratorium kreatif, tempat berkumpul, ruang presentasi karya seniman dari berbagai disiplin. PSBK menghadirkan karya seniman-seniman muda, memfasilitasi riset-riset artistik dan pengembangan profesional, dan merancang program-program untuk meningkatkan community engagement dan pengembangan jaringan melalui kesenian.
Sumber Gambar: Media PSBK/Desain grafis oleh Arfian Yustirianto, Foto oleh Donnie Trisfian (keterangan foto: Guntur Nur Puspito (Penerima Hibah Seni PSBK) sedang melakukan showcase proses penciptaan karya di Pendopo Diponegoro kompleks PSBK.