Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
author = Fitriawan Nur Indrianto
Matahari bersinar terik, membuat daun-daun tampak berwarna coklat layu. Angin yang berhembus terasa sangat kering. Para binatang tampak tergolek tak berdaya. Pepohonan merundukkan batangnya dan semak belukar tampak lesu. Seekor landak dengan sisa tenaganya tengah menggali tanah untuk menutupi tubuhnya dari panas matahari sementara tikus dan ular memilih berteduh di dalam lubang-lubang yang mereka gali. Siang itu, cuaca begitu panas menyengat. Musim kemarau memang sedang melanda kawasan itu dan terasa begitu panjang. Sumber mata air mulai mengering dan membuat para binatang merasa khawatir.
Dari arah selatan, terdengar bunyi derap langkah kaki yang suaranya terasa semakin mendekat. Para penghuni hutan lalu terbangun dari kemalasannya dan tampak mulai bersiaga dan bersiap-siap lari karena takut jika ternyata yang datang adalah seorang pemburu, sekawanan singa atau segerombolan serigala. Namun, kekhawatiran mereka sirna setelah yang muncul ternyata adalah tiga ekor kuda yang tak lain adalah kawan mereka. Bacula, seekor badak bercula satu yang merupakan pemimpin binatang di kawasan tersebut bergerak menuju barisan terdepan. Badannya besar dengan perut yang hampir menyentuh tanah. Ia memiliki ekor yang tidak terlalu panjang. Bacula memiliki sebuah cula, semacam tanduk di atas mulutnya yang tajamnya melebihi pisau yang merupakan senjata mematikan yang ia miliki. Usianya mungkin sekitar 30 tahun, menjadikannya binatang tertua di wilayah itu. Dengan tergopoh-gopoh, Bacula mendatangi tiga ekor kuda yang memang ia perintahkan untuk mencari sumber mata air baru.
“Berita apa yang kamu bawa wahai kuda?” tanya Bacula kepada mereka.
“Kami membawa kabar gembira wahai Bacula. Di balik bukit itu ada sumber mata air yang airnya begitu melimpah dan jernih.” jawab salah satu kuda.
Para binatang pun bersorak-sorai mendengar kabar baik itu, sampai-sampai para gajah melempar-lempar kelinci dan binatang kecil lainnya sebagai tanda gembira.
“Baiklah, ayo kita lekas bergerak menuju tempat tersebut!” perintah Bacula kepada para binatang.
Mereka pun bergegas untuk mematuhi perintah Bacula. Para gajah dan banteng kemudian mengangkut sisa perbekalan yang masih tersisa. Beberapa ekor monyet juga tampak menggendong buah-buahan yang mereka miliki. Mereka semua kemudian berbaris rapi dan bersiap-siap berangkat. Di antara rombongan itu ada banyak binatang antara lain kerbau, gajah, onta, kelinci, tikus, ular, rusa, monyet, semut, burung-burung dan masih banyak binatang yang lain. Mereka pun berangkat dengan perasaan gembira.
Jalan yang mereka lalui terjal dan berliku. Semak-semak belukar tampak menutupi jalanan. Beberapa binatang bahkan sempat terjatuh namun kemudian bisa bangun kembali. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam mereka Nampak kelelahan. Bacula pun memerintahkan mereka untuk beristirahat. Tetapi, belum sempat duduk, mereka dikejutkan oleh kehadiran segerombolan serigala. Serigala-serigala itu tampak kelaparan hingga mengeluarkan air liur di mulutnya.
“Berikan kami seekor rusa atau binatang lain yang bisa kami makan!” perintah salah satu serigala dengan bengis.
Mendengar hal tersebut, Bacula yang merupakan pemimpin rombongan itu melangkah mendekati gerombolan serigala.
“Tidak akan kubiarkan kalian memangsa binatang-binatang ini.” Jawab Bacula
Bacula pun mulai menundukkan kepalanya dan menonjolkan culanya yang begitu tajam. Dengan sekali serangan, salah satu serigala berhasil terkena culanya hingga wajahnya berdarah. Melihat hal tersebut, para serigala lari tunggang langgang termasuk serigala yang terluka.
Mereka akhirnya istirahat selama satu jam di tempat itu. Setelah lelah mereka hilang, rombongan itu bergegas melanjutkan perjalanan. Akan tetapi, beberapa hewan kecil seperti semut dan para serangga tampak masih kelelahan. Para kancil dan kelinci pun menawarkan diri untuk menggendong mereka. Mereka melanjutkan perjalanan sambil menyanyikan lagu-lagu semangat.
Malam pun tiba. Hawa yang semula panas berubah menjadi dingin seketika. Pepohonan yang tadinya meranggas kini semakin merunduk saja bak manusia yang kedinginan. Namun, hanya hawa dingin dan kegelapan malam yang menyelimuti hutan itu. Para binatang sudah sangat lelah. Bacula memerintahkan mereka untuk beristirahat. Mereka pun segera membentuk formasi. Binatang-binatang kecil berada di tengah sementara binatang yang besar mengelilingi mereka sebagai sebuah formasi pertahanan. Pada malam hari, para binatang buas bisa saja datang dan memangsa mereka. Bacula memerintahkan kepada kucing hutan dan burung hantu untuk berjaga-jaga pada malam itu. Kedua binatang itu adalah hewan nokturnal yang memiliki penglihatan dan pendengaran yang tajam di malam hari. Kedua binatang itu jarang sekali berbicara namun hanya memberi isyarat saja dengan mengangguk. Para binatang pun akhirnya tidur dengan lelapnya.
Malam semakin dingin, dan langit perlahan tampak mulai cerah. Bulan purnama yang tadinya tertutup awan tampak tengah bulat di langit sana. Semua binatang sudah tidur pulas. Hanya kucing hutan bernama Ricky dan burung hantu bernama Owi yang masih terus berjaga. Seeekor rusa tiba-tiba terbangun karena ingin kencing. Ia pun kemudian berjalan menuju ke semak-semak dengan mata yang masih mengantuk. Saat itu, Ricky mendengar ada suara yang berjalan mendekat menuju wilayah itu. Ia curiga ada bahaya yang akan dating. Ia pun bergerak menuju balik sebuah pohon besar dan bersembunyi di sana.
Rusa yang terbangun itu sudah selesai membuang hajat. Tetapi, belum sampai ke barisan hewan-hewan yang berkumpul ia tiba-tiba di sergap oleh seekor macan tutul.
“Augggghhhh” Macan tutul itu mengeluarkan suara yang menakutkan. Sang rusa kaget setengah mati. Tetapi macan tutul itu segera menyergap dan menarik kaki sang rusa. Rusa itu terjatuh dan tak bisa bergerak. Ia pun berteriak “Tolong-tolong”
Semua hewan terbangun tetapi mereka terlambat. Sang rusa sudah ada dalam genggaman macan tutul. Binatang bergigi dan bercakar tajam itu telah mencengkram tubuh sang rusa. Semua binatang menjadi panik termasuk Bacula. Tetapi mereka kini sudah tak bisa melakukan apa-apa. Alangkah malangnya nasib sang rusa sebab sekarang nasibnya berada di ujung kematian. Sang macan tutul telah menujukkan gigi-giginya yang begitu tajam. Air liur sudah membasahi mulut dan kerongkongannya. Para binatang berteriak histeris melihat hal tersebut. Sang rusa sangat ketakutan dan hanya bisa menangis pasrah. Semua berada dalam titik ketegangan. Macan tutul semakin mendekatkan giginya yang tajam ke leher sang rusa. Dengan sekali gigitan, maka rusa itu akan mati. Bacula memperingatkan macan tutul untuk menghentikan perbuatannya. Tetapi macan tutul yang kelaparan itu tidak peduli. Ia semakin mendekatkan gigi-giginya ke leher sang rusa. Bahkan giginya kini sudah menyentuh kulit rusa yang tidak berdaya itu.
Keadaan semakin mencekam. Semua tampak sudah pasrah dengan kenyataan termasuk sang rusa yang sudah tak berdaya itu. Namun ketika sang macan tutul hendak menggigit si rusa tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkan macan tutul dan binatang lainnya.
“Berhenti!” Sebuah suara muncul dari sosok yang tidak tampak.
“Siapa kau, berani sekali memerintahku?” Tanya macan tutul geram.
Akan tetapi sosok itu belum juga muncul. Namun perlahan, terlihat sesosok bayangan binatang yang begitu besar mendekati macan tutul.
“Aku adalah harimau si raja hutan” jawab sosok yang hanya terlihat bayangannya itu.
Mendengar hal tersebut macan tutul kaget setengah mati hingga ia tak sadar melepaskan cengkramannya pada tubuh sang rusa.
“kau tidak layak memakan rusa itu karena ia adalah mangsaku” kata sang raja hutan.
Mendengar hal tersebut, macan tutul menjadi gentar. Ia melihat bayangan harimau yang begitu besar. Macan tutul sadar kalau ia tak akan bisa mengalahkan harimau si raja hutan.
“Pergilah atau kau yang akan menjadi mangsaku” perintah si raja hutan.
Macan tutul menjadi takut mendengar gertakan si raja hutan. Ia pun lari meninggalkan rusa dan binatang lainnya. Sang rusa pun selamat dari terkaman macan tutul. Tetapi, keadaan tidak jauh lebih baik. Kini, yang tengah mereka hadapi adalah harimau si raja hutan yang jauh lebih buas daripada macan tutul atau serigala. Para binatang menjadi semakin ketakutan.
Bayangan si raja hutan semakin mendekati kawanan binatang itu. Sang rusa dengan sisa tenaganya berlari menuju ke arah rombongan. Bacula dan binatang besar yang lain telah bersiap siaga meskipun mereka sadar mereka tak akan bisa mengalahkan si raja hutan. Bayangan pun semakin mendekati mereka.
***
Keadaan semakin mencekam dan jantung para binatang semakin berdetak kencang. Bayangan itu semakin mendekat saja. Tetapi alangkah terkejutnya para binatang itu sebab ternyata yang dating bukanlah si raja hutan melainkan si Ricky yang tidak lain adalah kucing hutan yang diperintahkan Bacula untuk berjaga.
“Dimana si raja hutan?” Tanya Bacula terheran-heran.
“Tidak ada raja hutan di sini.” Jawab si Ricky
“Lalu” Tanya Bacula lagi
“sebenarnya akulah yang menyamar menjadi raja hutan. Aku memanfaatkan bulan purnama untuk membuat bayanganku menjadi besar agar macan tutul mengira aku adalah harimau. Kalian tahu kan perawakanku seperti harimau tapi kecil. Oleh sebab itu, aku mencari cara agar aku terlihat seperti harimau agar si macan tutul takut. Maka aku tak menampakkan sosok diriku, tetapi menampakkan bayanganku saja.”
Mendengar hal itu para binatang terheran-heran dan tampak tidak percaya dengan apa yang terjadi. Hanya burung hantu yang tertawa-tawa mendengar penjelasan si Ricky. Namun, mereka semua akhirnya sadar dengan kecerdikan si Ricky. Mereka pun kemudian mendatangi Ricky dan melempar-lemparkannya ke udara sebagai tanda gembira sembari mengucapkan terimakasih karena Ricky telah menyelamatkan mereka.