insomnia
keadaan telah membuat jantung bekerja
lebih cepat
otak kepala lebih mirip kincir air
dan mata terus terbuka;
ia tak lelah
ia tak juga rebah
ia terus menjelajah
ke sekeliling arah, kadamg tak berarah
menguasai lembah
tentu malam berdiri di pojokan
yang tak tidur
sebagai sanggurdi—pengembara jauh
ladangladang terbentang
angin setia dan abadi
mengantar mimpi kepada mimpi
dan para pecandu malam tak menyadari
sajaksajak datang seorang diri
mendengus bagai salju
melemparkan ke hening gurun
memucat wajah
keletihan
keindahan pagi dikunyah burungburung
hijau
dan aku mulai menabuh dengkur
Indramayu, 2019
lorong
di lorong: gerbong—kenangan melintas
sunyi mendekap
ingatan menghempaskan ke masa silam
aku melihat: seorang lelaki membelai rambut
kekasihnya
basah seperti ilalang setelah hujan
setelah berpelukan
cinta menyempurnakan bahagia
menjaga mimpi
yang tak berubah
hanya kita yang lupa
untuk setia
dari jendela kereta
jalanan jingga, rel berwarna semburat senja
guguran batu dan lumut
aku merasa:
itu aku dan kau
Indramayu, 2019
korsase
hanya dingin, melayap ke dalam jiwa
: korsase
angin hendak bernyanyi
pada puncak sunyi
kita mengkerut dan hari tampak semaput
gumpalan mega
tak segera beranjak
meninggalkan warna biru
yang kausebut rindu
pergi—tak selalu kembali
selalu abadi
Indramayu, 2019
rencana
guntingan itu menjadi potongan rencana,
gaun putih. memang masih sebuah pola,
kukerutkan pada dahi mawar. yang disisipi
sepal bau hujan dan genangan.
yang mengancam.
di jalan yang teduh: sore tanpa berpeluh,
telah kusiapkan sepucuk sajak. pada selembar
daun sirih yang kugigit dengan geraham.
sebait katakata yang kuucapkan,
sambil mengunyah pinang.
aku ingin seperti kauingin
menyusun hari, bangunan abakus
dalam bentuk kubisme
sikusiku berhimpitan dan bertingkatan
ke puncak harapan
Indramayu, 2019