Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

Goethe dan Miranda di Balik Triwarna Tiga Negara

author = Averio Nadhirianto

Mungkin sebagian besar dari kita menyadari bahwa bendera tiga negara Amerika Selatan, Ekuador, Kolombia, dan Venezuela memiliki desain yang sangat mirip satu sama lain. Apakah persamaan ini hanya satu kebetulan semata, atau memang ada cerita tersendiri di baliknya? Ternyata kesamaan desain bendera nasional mereka memang memiliki latar belakang historis dimana pada awal abad ke-19, tepatnya pada 1821, tiga negara ini pernah bersatu membentuk sebuah negara federasi bernama Gran Colombia.

Federasi ini didirikan oleh  Simón Bolívar (24 Juli 1783 – 17 Desember 1830), salah satu dari Libertadores de América (pahlawan-pahlawan pejuang kemerdekaan negara-negara Amerika Latin dari para conquistador Spanyol dan Portugis) sebagai perwujudan dari visi politiknya. Namun sayang, Gran Colombia ini hanya mampu bertahan selama 10 tahun sebelum mengalami perpecahan di tahun 1831. Perpecahan ini disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya perselisihan Bolívar dengan Francisco de Paula Santander, presiden Gran Colombia saat itu[1]T.H. Donghi, The Contemporary History of Latin America, Duke University Press, Durham, 1993. Hlm 92-93., menyangkut konstitusi negara, dan konflik berkepanjangan antara kaum federalis dan regionalis yang masing masing menginginkan sistem sentralisasi dan desentralisasi dalam sistem pemerintahan negara.

Peristiwa bubarnya negeri ini ironisnya terjadi hanya berselang beberapa bulan pasca-kematian Bolívar pada Desember 1830 yang pada pidato terakhirnya sempat meminta rakyat Gran Colombia menjaga persatuan sepeninggalnya kelak. Perpecahan ini pada perkembangannya kemudian menghasilkan tiga negara yang kita kenal sekarang tadi (pada masa awal perpecahan, Kolombia bernama New Granada) dan Panama yang melepaskan diri dari Kolombia pada 1903.  

Bendera pertama Gran Colombia pada masa awal berdirinya merupakan hasil desain dari salah satu pembebas (libertador) termasyhur lain yaitu Fransisco de Miranda (28 Maret 1750 – 14 Juli 1816). Desain Miranda berupa bendera triwarna (tricolour) horizontal kuning-biru-merah pertama kali dipakai untuk bendera Republik Venezuela yang pertama (1811-1812) sebelum dijadikan sebagai simbol negara Gran Colombia ketika mereka bersatu bersama Ekuador, Kolombia, dan Panama. Desain triwarna Miranda sendiri ternyata terinspirasi dari obrolan yang pernah dilakukannya dengan sastrawan sekaligus filsuf legendaris asal Jerman, Johann Wolfgang von Goethe (28 Agustus 1749 – 22 Maret 1832), mengenai teori warna-warna primer pada tahun 1785.  

Ya, ialah Goethe sang pengarang Faust dan roman Die Leiden des jungen Werthers (Penderitaan Pemuda Werther) yang legendaris itu. Ia menulis buku berjudul Zur Farbenlehre (Teori Warna-Warna) yang diterbitkan pada 1810, dua tahun setelah rilis Faust bagian pertama. Tidak seperti dua karyanya yang paling terkenal itu, Zur Farbenlehre adalah sebuah buku yang 100% ilmiah. Ia adalah hasil investigasi saintifik Goethe mengenai fenomena-fenomena yang melibatkan warna di dunia seperti aberasi kromatik, refraksi atau pembiasan cahaya, warna-warna komplementer, efek psikologis yang ditimbulkan dari warna dan bagaimana warna-warna tersebut dipersepsi oleh indra manusia dalam pelbagai keadaan berbeda.

Goethe mengatakan kepada Miranda—dalam sebuah diskusi sambil makan malam yang digelar di Weimar pada 1785, saat itu Zur Farbenlehre masih dalam tahap awal pengerjaan—ketika mendengar kisah perjuangannya membebaskan rakyat Amerika Latin dari penjajahan bahwa “takdirmu adalah menciptakan tempat di wilayahmu dimana tidak ada warna-warna primer yang terdistorsi satu sama lain.[2]T. Marshall, A Flag Worth Dying For: The Power and Politics of National Symbols, Simon and Schuster, New York, 2017. hlm. 218. Seperti yang kita ketahui, biru, kuning, dan merah adalah termasuk jenis warna primer. Goethe berhasil meyakinkan Miranda, yang menyatakan ia (Goethe) mampu membuktikan bahwa “kuning adalah warna paling hangat, mulia, dan yang paling mendekati cahaya, biru adalah campuran kegembiraan dan ketenteraman, merah adalah bentuk peninggian (exaltation) dari kuning dan biru, sintesis, lenyapnya cahaya ke dalam bayangan.[3]T. Marshall, Ibid.

Lebih lanjut, Miranda berujar  “Sebuah negara berawal dari satu nama dan satu bendera, kemudian “ia” (nama dan bendera itu) bergabung menjadi “mereka”, ibarat seorang manusia yang memenuhi takdirnya.[4]T. Marshall, Ibid. Akhirnya desain Miranda tersebut hingga kini menjadi dasar dari wujud triwarna tiga bendera Ekuador, Kolombia, dan Venezuela yang kita kenal. Bendera-bendera tersebut menjadi salah satu dari sekian banyak warisan abadi Goethe untuk dunia.

 

Daftar Pustaka:

Fun Flag Facts, ‘Equador, Venezuela, and Colombia: A love of primary colors’ (Daring) 7 Agustus 2015
J.R. Adams, Liberators, Patriots and Leaders of Latin America: 32 Biographies, 2nd edition, McFarland & Company, Inc., Publishers, London, 2010.
R.S. Hardjapamekas, Pengantar Sejarah Kesusasteraan Jerman, Pustaka Jaya, Bandung, 2003.
T. Marshall, A Flag Worth Dying For: The Power and Politics of National Symbols, Simon and Schuster, New York, 2017.
T.A. Meade, A History of Modern Latin America – 1800 to the Present, Wiley&Blackwell, West Sussex, 2010.
T.H. Donghi, The Contemporary History of Latin America, Duke University Press, Durham, 1993.

References

References
1 T.H. Donghi, The Contemporary History of Latin America, Duke University Press, Durham, 1993. Hlm 92-93.
2 T. Marshall, A Flag Worth Dying For: The Power and Politics of National Symbols, Simon and Schuster, New York, 2017. hlm. 218.
3, 4 T. Marshall, Ibid.