Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
author = Oxandro Pratama
Muhammad Oxandro Pratama, penulis. Belajar di Sastra Inggris, Universitas Andalas, Padang. Bergiat di Children’s Literature Reading Club dan Minang membaca. Menulis cerpen, puisi, dan kritik terhadap: film, musik, dan budaya. Kadang-kadang menerjemahkan cerpen untuk kebutuhan akademik di universitas.
Kebahagiaan begitu terlihat di saat Myop dengan riangnya melompat ke sana dan kemari: dari kandang ayam ke rumah babi, lalu ke rumah asap, dan baginya hari-hari sebelumnya belum pernah seindah seperti saat ini. Udara membawa aroma yang begitu tajam sehingga membuat hidungnya berkedut. Panen jagung dan kapas, kacang dan labu, membuat hari-harinya terasa penuh dengan keberuntungan dan saat itulah terbentuk semangat yang berlebihan yang muncul pada segi-segi rahangnya ketika tersenyum.
Myop menenteng sebuah tongkat knobby pendek. Ia memukul ayam-ayam dengan tongkat itu secara acak berdasarkan keinginannya, lalu membuat ketukan lagu dengan memukulkan tongkat itu pada pagar di sekitar kandang babi. Ia merasa ringan dan tenang oleh hangatnya pancaran sinar matahari pagi. Umurnya sepuluh tahun, dan baginya tidak ada yang paling penting kecuali lagunya, yang selalu ia bunyikan dengan menggunakan stick yang tak pernah lepas dari genggamannya. Tat-de-ta-ta-ta, begitulah bunyi iringannya.
Setelah usai mengambil papan yang penuh karat dari pondok milik keluarganya, Myop berjalan di sepanjang pagar hingga berlari si sepanjang tepian aliran sungai yang disebabkan oleh musim semi. Musim semi, saat para keluarga biasanya minum-mium dan mabuk, saat tanaman pakis perak dan bunga liar sedang tumbuh. Dan di sepanjang tepian sungai yang dangkal, di sanalah babi-babi akan berkerumun. Myop memperhatikan gelembung putih kecil yang muncul pada permukaan tanah hitam yang subur lalu secara perlahan air genangan menyapu gelembung itu.
Ia amat kerap memperhatikan pohon-pohon di sekitar rumahnya. Sering kali pada akhir-akhir musim gugur, ketika ibunya mengajaknya untuk mengumpulkan kacang-kacang di antara dedaunan yang jatuh. Namun, hari ini ia melakukannya sendiri, melompat ke sana dan kemari, dan sesekali ia juga tetap berjaga-jaga akan keberadaan ular di sekitarnya. Ia menemukan sesuatu, di antara tumbuhan paku dan berbagai macam tumbuhan-tumbuhan biasa itu terselip setangkai bunga berwarna biru yang sangat cantik. Setangkai bunga biru yang dilapisi bulu-bulu beludru dan setangkai bunga cantik yang bertunas coklat, kuncupnya sangat harum.
Pada sekitar pukul dua belas, ia merasa tangannya dibebani oleh tangkai-tangkai bunga yang ia temukan, dan jaraknya dari rumah lumayan jauh atau mungkin sangat jauh. Ia sebenarnya sudah sering melanglang buana jauh dari rumahnya, tetapi keanehan daerah yang ia tempati itulah kini yang membuat perjalanannya tak menyenangkan seperti tempat-tempat yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Daerah di mana tempat yang ia kunjungi saat ini terlihat sedikit suram. Udaranya juga lembab dan keheningan juga terasa sangat dekat, nyata, dan begitu dalam.
Myop pun akhirnya memutuskan berbalik menuju arah jalan yang akan membawanya pulang, kembali ke tempat yang penuh kenyamanan yang baru saja ia rasakan pagi tadi. Di saat itulah ia melangkah dan menginjak sebuah kepala. Kakinya terjepit di tengah-tenagh tengkorak kepala pria itu, tepat di antara alis dan hidung, dan dengan cepat ia segera membungkuk untuk melepaskan tengkorak kepala seorang laki-laki yang menjebak kakinya itu, tanpa takut. Hanya saja ia sedikit berteriak ketika melihat rupa muka tengkorak itu.
Pria itu sangat tinggi. Panjang dari kaki hingga lehernya saja benar-benar memakan banyak tempat. Ketika ia menyibakkan daun-daun dan pung-puing di sekitar mayat itu, Myop melihat bahwa pria itu mempunyai deretan gigi putih nan besar, dan semuanya telah patah dan hancur. Jari-jarinya begitu panjang dan tulangnya juga tampak besar. Seluruh pakaiannya telah hancur dan tercabik-cabik, terkecuali pakaian kerjanya yang masih menyisakan helai-helai benang. Gesper dari pakaian kerjanya tampak sudah berwarna hijau kumal.
Myop memperhatikan semua tempat itu dengan penuh ketertarikan. Di dekat kepala yang remuk oleh pijakkannya itu ada setangkai bunga mawar merah muda liar. Di saat ia memungut bunga itu untuk digabungkan dengan bunga-bunga lain yang berada di genggamannya, ia menyadari bahwa segumpal gundukan tanah juga ikut terangkat, di sana ada sebuah tali jeratan, tali jeratan itu tersangkut pada akar bunga itu. Jeratan itu berada di antara sisa-sisa bagian tubuh yang membusuk, terbuat dari tali kekang kuda yang sengaja dipotong, yang kini telah menyatu abadi dengan tanah. Di sekitarnya banyak batang pohon oak yang cabangnya dipenuhi bagian tubuh dan potongan pakaian pria itu. Compang-camping, membusuk, pucat, dan tercabik-cabik—hampir tidak sanggup ia melihatnya—kecuali berputar-putar dengan gelisah. Myop pun akhirnya meletakkan seluruh bunga yang ada dalam genggamannya. Musim panas pun telah berakhir.
Informasi:
The Flowers adalah cerita pendek yang sangat pendek yang ditulis oleh penulis Afro-Amerika, Alice Walker, dan dipublikasikan pertama kali pada tahun 1973. Karena kuatnya pengaruh yang disebabkan oleh cerpen ini di kalangan masyarakat, cerpen ini pun terpilih menjadi salah satu cerpen terbaik amerika yang pernah ditulis, dan terangkum dalam buku American Short Stories: 1920 to the Present yang diterbitkan pada tahun 2003. cerpen ini diterjemahkan langsung dari bahasa aslinya, yaitu bahasa Inggris dari buku American Short Stories: 1920 to the Present.
Selain menulis cerpen, Alice Walker juga menulis novel dan puisi. Salah satu novelnya yang paling terkenal adalah The Colour Purple, yang mana berhasil memenangkan penghargaan Pulitzer Prize pada tahun 1983. selain menulis, Alice Walker juga dikenal sebagai aktivis yang memperjuangkan hak-hak masyarakat kulit hitam di seluruh dunia, khususnya di Amerika Serikat. Hal-hal itu dapat dilihat dari karya-karyanya yang sarat akan isu-isu diskriminasi terhadap masyarakat kulit hitam.