Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

FMM: Hari Raya Mengingat Mantan

author = Fitriawan Nur Indrianto

Dengan muka sedikit masam, seorang perempuan tinggi semampai, berwajah manis dan lugu membawa sebuah boneka panda berwarna cokelat menuju salah satu sudut ruangan. Ia kemudian meletakkan boneka tersebut di antara benda-benda lain yang ada di situ seperti bola basket, jersey PSIM, mug, ponsel dan benda-benda lainnya. Setelah meletakkan boneka itu mukanya nampak lebih ceria, seolah beban hidupnya baru saja ia tanggalkan. Di sudut lain, seorang lelaki tampak melihat foto seorang gadis tersenyum manis yang diletakkan di sebuah meja. Mukanya tampak berkaca-kaca. Perempuan itu, sebut saja Marijane (bukan nama sebenarnya) dan laki-laki itu sebut saja Marijan (bukan nama sebenarnya juga).

Barangkali tanpa sengaja, Marijane dan Marijan yang sebelumnya belum pernah bertemu tiba tiba bersenggolan, lalu salah satu benda yang kebetulan mereka bawa (buku atau ponsel) terjatuh. Kalian tentu bebas membayangkan apa yang akan terjadi. Akan tetapi daripada membayangkan salah satunya memaki yang lain, bolehlah kita bayangkan bahwa keduanya terlibat satu adegan romantis sebagaimana adegan di iklan parfum, “kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda”. Lalu mereka berkenalan, nonton band-bandan bareng di halaman gedung Kedaulatan Rakyat, kemudian jadian.  Lalu sebelum meninggalkan acara mereka menulis sepenggal pesan di whatsapp, “Tan, Aku udah punya pacar baru”.

Cerita yang demikian bisa saja terjadi, tetapi mungkin juga tidak. Meskipun begitu baik Marijane maupun Marijan merupakan salah dua dari banyaknya pengunjung yang hadir di acara penutupan Festival Melupakan Mantan yang diselenggarakan di Gedung Kantor Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Keduanya merupakan pengunjung yang memiliki niat dan tekad yang kuat untuk melupakan kisah cintanya yang “tragis” dimasa lalu. Selain kedua pengunjung itu, nampak juga pengunjung lain yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk selfie, atau sekedar melihat pertunjukkan musik yang merupakan salah satu rangkaian acara festival malam itu.

Festival itu bernama Festival Melupakan Mantan (FMM). Festival tersebut merupakan acara tahunan yang sudah terselenggara sejak 3 tahun lalu. Sebuah acara yang diselenggarakan tepat sehari sebelum peringatan Valentine Day. FMM pernah diselenggarakan di dua tempat yang berbeda, salah satunya pernah dipusatkan di titik nol kilometer Jogja dan yang lain di Pojok Benteng Wetan. Berbeda dengan acara dua tahun sebelumnya yang hanya diselenggarakan selama sehari, acara tahun ini diselenggarakan selama 3 hari sejak tanggal 11 hingga tanggal 13 Februari 2017. Menurut Mahmud Mada, ketua FMM 2017, acara tahun ini mengangkat konsep galeri pameran, dengan tema “kesah”. Artinya FMM banyak mengangkat dinamika-dinamika perpisahan dan kepergian. Nuansa kepergian akan dimaknai sebagai suatu proses pembelajaran diri bagi pasangan muda-mudi Yogyakarta untuk hidup lebih baik ke depannya.

Salah satu hal yang menarik dalam acara ini, pengunjung diberikan kesempatan untuk menyerahkan barang-barang peninggalan mantan—yang barangkali menjadi tanda cinta yang menyesakkan hati—untuk kemudian disumbangkan. Ketika saya menyempatkan diri bertanya kepada Marijane, “Apa gak sayang tuh sama bonekanya?”, Marijane dengan santai menjawab. “Gak papa, itukan buat disumbangin, toh di rumah juga cuma nakut-nakutin kucing.”

Selain menyerahkan barang-barang peninggalan mantan, pengunjung juga  diajak berpartisipasi lebih jauh dalam challenge “membawa” dan “menyerahkan” foto mantan. Foto-foto yang dibawa ini nantinya akan dipasang sebagai galeri bersama para pejuang masa lalu dan baru akan dibuka ketika acara selesai (pada saat penutupan festival). Proses penempelan foto itu tidak hanya dilakukan dengan sekadar menempel, tetapi pengunjung harus mengikuti proses lampah Alit menaiki tangga kenangan hingga sampai pada ruang privat yang diberi nama “Ruang Kenangan”

Sayup-sayup terdengar pula di ruangan galeri semacam suara orang-orang yang sedang bercerita. menurut Adhika (bukan personil Kangen Band. Ya, doi jadi personil Kangen Band lagi lho !) yang merupakan seksi Humas acara tersebut, suara tersebut merupakan rekaman dari beberapa volunteer acara yang mengisahkan kisah asmara mereka. Sayangnya ketika saya berada di acara tersebut, saya tidak mendengar suara isak tangis, padahal saya berharap ada suara tersebut baik dari rekaman maupun para pengunjung yang tiba-tiba baper. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan Adhika bahwa acara ini memang bertujuan untuk membuat pengunjung bahagia.

Salah satu sudut di ruang galeri yang tidak kalah menarik adalah ruang bagi para pengunjung untuk menyampaikan isi hatinya dalam tulisan. Agaknya di sudut ini pengunjung begitu antusias dengan adanya ratusan tulisan yang terpajang di sana. Dari tulisan-tulisan yang nampak, sebagian besar menunjukkan hal-hal yang positif. Para pengunjung juga begitu kreatif dalam tulisan- tulisannya. Seringkali ada nada slengekan untuk mengekpresikan diri. Beberapa tulisan unik yang ada antara lain:

mantan=dosa terindah,

mantanku keteknya asem,

aku rapopo kok #weslali,

saya sumbangkan mantan saya!!! nb: harap dirawat

Tidak sedikit dari pengunjung yang hadir membawa pacar atau gebetannya. Barangkali hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi jika ndilalahnya ketemu mantan supaya ia terlihat lebih cool. Saya sendiri tidak melihat pengunjung yang datang bersama orangtua, apalagi melihat sosok polisi. Padahal saya membayangkan alangkah mengharukannya jika ada seorang lelaki gagah berani dengan lencana dan seragam tiba-tiba baper di acara tersebut.

FMM bisa dikatakan sebuat acara kreatif yang nampaknya direspon positif oleh banyak kalangan. FMM berhasil mengangkat hal yang sangat dekat dengan dunia anak muda. Kisah percintaan yang berakhir tidak bahagia sering menghambat jalan hidup anak-anak muda sehingga mereka menjadi kesulitan menapaki jalan hidup yang baru. FMM telah menjadi sarana bagi mereka yang ingin mengekspresikan kegelisahan hidup dengan tujuan agar terbebas dari belenggu-belenggu masa lalu yang kadang masih menghantui. Doa saya semoga tidak ada lagi orang yang baper dan belum bisa move on. Amin

 

 

Redaksi Kibul.in membuka kesempatan seluas-luasnya bagi siapa pun untuk berkontribusi dalam media ini. Kami menerima tulisan berupa cerita pendek, puisi, esai, resensi buku, dan artikel yang bernafaskan sastra, seni, dan budaya. Selain itu, kami juga menerima terjemahan cerpen dan puisi.

Silakan mengunjungi halaman cara berkontribusi di: http://kibul.in/cara-berkontribusi/

 

Fitriawan Nur Indrianto
Lulusan program studi pascasarjana Ilmu Sastra FIB UGM. Menulis Puisi. WNI keturunan Mbah Wongso Dikoro. Menerima curhat.