Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
author = Aryo Jakti Artakusuma
Pada era akhir 1960an dan awal 1970an, Heavy Metal, Hard Rock atau Rock dari banyak segi adalah musik yang sangat dominan didengarkan dan dimainkan oleh anak muda seantero dunia. Led Zeppelin, Black Sabbath, dan tentunya Deep Purple, tanpa mengesampingkan yang lainnya, adalah trinitas yang menjadi simbol dan penyebar utama wabah itu. Mereka memainkan Rok dengan lebih keras yang pada akhirnya menjadi cikal bakal musik Heavy Metal di masa setelahnya. Akan tetapi, pada akhir era 70an hingga awal 80an, musik Heavy Metal mengalami penurunan, salah satu hal yang membuat pamor mereka turun tentunya adalah gempuran musik disko.
*
MTV atau Music Television sebagai wadah sentral yang menampilkan musik-musik arus utama saat itu banyak memutar musik disko sebagai sajian utamanya, mereka mempromosikan, memutar musik yang banyak memainkan instrumen-instrumen seperti syntesizer ataupun keyboard itu. Circa 70an akhir hingga 80an tangga lagu musik Amerika Serikat dan Inggris, bahkan tangga lagu dunia, disesaki oleh musik-musik disko. Salah satu pemicu yang paling terkenal ialah ketika film Grease dan Saturday Night Fever yang dibintangi oleh John Travolta dirilis, film tersebut banyak mengambil adegan di lantai dansa dengan iringan lagu disko, dan lagu latar yang digunakan untuk film tersebut dua diantaranya adalah Stayin’ Alive dan Night Fever, lagu dari kelompok musik tersohor asal Autralia The Bee Gees.
Akan tetapi, ditengah kemunduran itu, Heavy Metal perlahan tapi pasti mulai menapaki jalan menuju era kesuksesannya lagi. Penanda tersebut dimulai ketika Quiet Riot dengan album Metal Health (1983) berhasi bertengger di posisi pertama Billboard 200. Def Leppard berhasil membukukan penjualan fantastis untuk album Pyromania yang dirilis tahun 1983, hingga sekarang sebanyak 10 juta keping untuk album tersebut, dan diantara semuanya ada satu momen penting dalam dunia Heavy Metal yang berhasil mengangkat kembali Heavy Metal, membentuk ulang Heavy Metal, dan tentunya mengubah peta musik arus utama adalah dirilisnya album keenam Van Halen yang berjudul 1984 (MCMLXXXIV), yang mana terdapat lagu kolosal mereka yang berjudul “Jump“.
*
“Jump“ sangat terkenal karena berhasil menduduki posisi puncak tanggal lagu Pop Amerika Serikat (Billboard Hot 100) selama empat minggu. Selain itu lagu ini juga dikenal karena intro pianonya yang sangat memorable. Lagu ini juga menjadi salah satu sport anthem yang kerap berkumandang dalam berbagai macam perhelatan olahraga, bahkan tim sepakbola Italia AC Milan adalah salah satu yang paling sering menggunakan lagu ini sebagai anthem mereka ketika bertanding di stadion San Siro.
*
Lantas apa yang membuat lagu ini begitu penting, begitu istimewa, sehingga bisa mengubah apa yang sudah menjadi arus utama saat itu?
Mari kita mulai dengan bagaimana komposisi atau lagu “Jump” ini dibentuk. Dalam beberapa hal, “Jump” keluar dari standar bagaimana Heavy Metal lazim dimainkan. Lagu ini menggunakan syntesizer sebagai instrumen melodi utama yang menjadi fondasi serta membangun lagu bukannya gitar yang sudah menjadi pakem dari Heavy Metal seperti saat dulu pertama kali muncul. Hal ini nampak ganjil bagi orang yang menyimak Heavy Metal, karena seperti diketahui bahwa pencipta lagu ini, Eddie Van Halen atau EVH, gitaris Van Halen yang dikenal sebagai salah satu guitar hero setelah era Jimi Hendrix ataupun Eric Clapton, sebagai virtuoso, EVH berhasil membuat banyak orang memainkan gitar dengan gaya shredding-nya yang pertama kali ditunjukkannya di lagu “Eruption“yang terdapat pada album pertama Van Halen tahun 1978, dan secara mengejutkan ia mengubah pakem lagu Van Halen yang sudah mapan dengan shredding, guitar-centered atau guitar-oriented-nya. Hal tersebut banyak menimbulkan tanya bahkan pernyataan negatif dari berbagai pihak yang berada dalam lingkup Heavy Metal.
EVH membuat “Jump” pertama kali dengan keyboard alih-alih dengan gitar. Sebenarnya hal itu sering ia lakukan, EVH sering menulis lagu menggunakan piano terlebih dahulu lalu melakukan transkrip ke gitar. Intrumen keyboard yang digunakan EVH dalam membuat lagu ini adalah Oberheim OB-Xa dan ini adalah lagu yang diproduksi pertama kali di studio pribadinya EVH, 5150.
Mendengarkan “Jump“, maka kita akan selalu terngiang akan bunyi keyboardnya, memang, lagu ini boleh dibilang bertumpu pada melodi yang diproduksi oleh instrumen tersebut. EVH menciptakan efek syntesizer yang menghasilkan bunyi yang persis dengan gayanya ketika bermain gitar, EVH membuat sesuatu yang kerap disebut dengan power chords melalui syntesizernya, yang meghasilkan suara yang masif, berditorsi layaknya lagu-lagu Heavy Metal biasanya. Suara drum dari Alex Van Halen yang otentik sepanjang lagu juga memberikan bagunan yang kokoh untuk lagu ini, Alex banyak menyelipkan irregular rhytem maupun fill yang sangat sesuai dan tidak berlebihan untuk lagu. Michael Anthony mempersolid lagu ini dengan cabikan bass yang hampir sama dengan apa yang dilakukan Alex pada Drum, namun sebagai penyeimbang Mick sangat stabil dan kokoh dalam menjaga struktur dasar lagu ini. EVH sebagai gitaris, juga tak lupa menyelipkan solo gitarnya, dan menggunakan teknik tapping yang memang sudah sangat melekat atau mencari ciri khasnya. Secara lirik, menurut penuturan sang vokalis, David Lee Roth, lagu ini merupakan lagu yang memiliki makna filosofis tentang kesuksesan. Namun beberapa sumber juga mengatakan bahwa lirik lagu ini terinspirasi dari adegan ketika Roth melihat orang yang akan melakukan terjun bebabas dari gedung tinggi untuk melakukan bunuh diri, namun berhasi dicegah oleh pihak kepolisian.
Meskipun para penggemar Heavy Metal garis keras mengkritik Van Halen karena keluar dari pakem guitar-centered atau guitar-oriented-nya, namun Van Halen berhasil memperkenalkan syntesizer pada aliran musik Heavy Metal, kembali menyebarkan wabah Heavy Metal ketingkatan yang lebih luas, audiens yang lebih umum, dan membuatnya lebih populer lagi.
Pada tahun 1983, 8% rekaman yang berhasil dijual di Amerika Serikat berasal dari Heavy Metal, namun hal itu berkembang pesat di tahun 1984 menjadi 20%, saat itu Heavy Metal mulai menapaki tangganya sebagai salah satu aliran musik yang paling digemari, dan tentunya menjadi salah satu aliran musik paling terkenal. Akhir 1986 MTV meluncurkan acara yang berjudul Headbangers Ball, acara yang di desain khusus untuk para penggemar Heavy Metal, yang kemudian menjadi acara MTV paling banyak di tonton pada masa itu. Akhir 1980an, album atau lagu Heavy Metal selalu muncul dalam tangga lagu Billboard setiap minggunya, dan semua itu dimulai oleh lagu yang tadinya ditolak untuk dimasukkan di album Diver Down-nya Van Halen yang rilis tahun 1982 karena alasan yang sederhana, EVH memainkan keyboard bukannya gitar.
Tabik.
Christie, Ian. 2007. Everybody Wants Some – The Van Halen Saga. New Jersey. John Wiley & Sons.
Starr, Larry, Waterman, Christoper. 2006. American Popular Music – The Rock Years. New York. Oxford University Press.