• Ngibul
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Cerpen Terjemahan
    • Cerpen Anak
  • Non-Fiksi
    • Artikel
    • Buku
    • Film
    • Opini
    • Seputar Anak
  • Puisi
    • Maklumat Sayembara Menulis Puisi 2021
    • Puisi Terjemahan
    • Puisi Anak
Menu
  • Ngibul
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Cerpen Terjemahan
    • Cerpen Anak
  • Non-Fiksi
    • Artikel
    • Buku
    • Film
    • Opini
    • Seputar Anak
  • Puisi
    • Maklumat Sayembara Menulis Puisi 2021
    • Puisi Terjemahan
    • Puisi Anak
Search

sebuah kampung tumbuh subur beserta harapan

  • Puisi
  • 12 June 2020
Moh. Afaf El Kurniawan

Moh. Afaf El Kurniawan

Juara 3 Lomba Cipta Puisi Festival Sastra UGM 2020

sebuah kampung tumbuh subur beserta harapan

a/
sesekali kau tak akan mengerti
menyaksikan hidup bersandar pada petak-petak tanah
dada yang tabah. warna kulit hangus terbakar matahari
di kening, musim adalah baris-baris doa
kami panjat di waktu paling sunyi

oh kepada yang memberkati
sebuah pagi dengan kicau burung koju’
di sela-sela pohon bambu
bagai tembang memulai hari yang keras
hidup yang tandus. nasib serupa cadas di punggung waktu
kami terima sebagai beban waris pendahulu
sementara luas batin kami
hamparan langit dan dalam biru laut

di sini kesabaran kami bagai hujan
tanam lumpur dalam diri
tempat menaruh mimpi
: kampung yang tenang dari luka dan kekejaman hati

b/
kampung ini tumbuh subur beserta harapan
walau tanahnya keras dan panas
cinta menjelma embun di luas rerumput

capung-capung berkejaran di udara
seperti usia kanak-kanak mengakrabi keriangan
sepanjang jalan antara masa lalu dan hari yang akan datang
pohon-pohon rindang bagai waktu tumbuh dengan
teduh – mendamaikan usia

oh kampung yang permai
kampung yang terhidar dari ringkik kuda
juga salak anjing hutan
di utara gunung. di selatan gunung
dari ujung barat hingga timur
sungai membentang dan berkelok bagai suratan
mengalirkan sejuk ke dasar jiwa kami

c/
ketika matahari di atas ubun-ubun
dan liuk ilalang seakan melambai ke wajah langit
di jalan setapak nan berliku
anak-anak pulang sekolah telanjang kaki
langkahnya yang riang
– mengejar masa depan yang lebih waras

oh hari yang akan datang
hari yang belum tentu datang
hari yang mungkin tak akan datang

di antara luas ladang-ladang
kami tanam kecemasan sedalam mungkin

pada sebatang sungai
yang membelah tubuh kampung
kami alirkan kesedihan ke muara masa lalu

;agar anak cucu kami tak merasakan peluh nasib yang sama

d/
rumah kami beralas tikar pandan
berdinding anyaman bambu
dan dapur selalu mengepulkan asap kasih sayang
jika kau ada waktu, sesekali datanglah kemari
pintu selalu terbuka
kamipun pantang tak berbuat manis pada tamu

di sini kami selalu berdiri dan berpijak pada kehangatan cinta
tutur kata bagai mekar kembang kamboja
memandang sebatang sungai bagai kemujuran anak cucu
jagung, padi, dan tembakau hasil peluh dan doa

pun barangkali kau tak akan mengerti
di sini batu dan bintang penuh isyarat
menjadi tanda siapa yang pantas kami anggap kerabat

Oktober 2019 – April 2020

Moh. Afaf El Kurniawan

Moh. Afaf El Kurniawan

Bagikan tulisan ini

Share on facebook
Share on whatsapp
Share on twitter
Share on email

Tulisan Terkait

Cerpen Terjemahan

Salju, Cermin, Apel [Neil Gaiman]

Devi Santi Ariani 2 March 2021
Buku

Reportase Suram dalam Kertas Basah Dea Anugrah

Raihan Robby 27 February 2021
Puisi

Merapi dalam Kenangan

Adenar Dirham 26 February 2021
  • Tentang
  • Tukang
  • Kontributor
  • Cara Berkontribusi
  • Kebijakan Privasi
  • Toko
  • Kibul.inPenerbit
Menu
  • Tentang
  • Tukang
  • Kontributor
  • Cara Berkontribusi
  • Kebijakan Privasi
  • Toko
  • Kibul.inPenerbit
Facebook-f Twitter Instagram Discord Youtube Spotify

Copyright 2021 © Hak Cipta dilindungi Tuhan dan Negara. Design with Love by anovaisme