Malam Penuh Engkau
sejujurnya malam tak bisa berpaling dari serangan bayangmu
bayang bersusun membentuk pasukan perang
menghancurkan seluruh tempat peristirahatanku
suara semu berjejalan menyesaki tempurung kepala
suara-suara kerinduan ibarat santunan angin hilang deru
malam penuh engkau
bulan bertopeng wajahmu
ke kamar ingatan bintang-bintang berjatuhan
kerlap-kerlip pesona perjumpaan ratusan hari lalu
seperti sajak yang beranak-pinak dari jejak kita
tersimpan rapi percakapan indah sepasang tokoh drama kasih
berujung letup perih
yang mana kini si lelaki tengah menulis sayatan lukanya ini
dan sang pujaan asyik menikmati kehangatan cahaya baru
malam penuh engkau
bising kenangan memutar balik detik-detik jelang lelap
jangkrik menyuarakan manisnya kegelapan
yang sesungguhnya hambar tanpa kata-katamu
lantas apa yang masih dan selalu kutunggu?
tak lain adalah berkah dari perjuangan menegakkan cinta
sebagaimana hasil tetes air menindih halus angkuh batu
setidaknya langit menurunkan sepercik kabut memabukkan
sewaktu-waktu membuatmu pasrah dalam gelisah menyebut namaku
Sumenep 2018
Magrib di Gersik Putih
embusan angin membelah helai-helai rambut
perjalanan menyibak keindahan kotak-kotak tambak garam
seiring angin tetap semangat bergelayut
kita pun giat membabat udara langit temaram
terdapat sebuah tempat layaknya pelabuhan
laju kita tertahan
kau mengajakku berfoto dengan guyon-guyon air
sebagai saksi keremangan takdir
azan sudah puluhan menit berlalu
rupanya kita tidak buru-buru meringkus waktu
sebelum pisah aku tidak mau begitu saja padam mega merah
yang kerling di kening dan cair di bibirmu
sampai sekarang aku masih meyakini
pelukan terlebih kecupan merupakan pengikat liar kenangan
jadi magrib yang ragib itu tentu mengekal
setiap kerinduan berderap di sepanjang jalur sepi
kita lanjutkan gulir roda pemberai temu
sehabis aroma bedakmu terserap ke rongga hidungku
kau menyerahkanku pada kesedihan dermaga
lalu pada perahu yang memanggul resah ke mana entah
Sumenep 2018
Rumah Pelarian
dari jalan yang berhulu di jantungku
kau pergi melewati tikungan-tikungan
yang berhasil membelokkan perasaanmu
kau masuki sebuah rumah megah
berpagar besi gagah
kususuri tapakmu
hanya mampu menatap pintu yang kemudian
kau kunci karena mengetahui keberadaanku
aku tak tahu rumah di depan mata
halamannya tertanam bermacam bunga
mengelilingi kolam ikan hias ini milik siapa
kuharap kau tidak betah
sekian bulan aku termangu di sini
seperti orang gila bertahan dalam kelaparan
tak jua kau kunjung keluar
sekadar memberiku sedikit makanan
mungkin maut turun sebentar lagi
menjadi hantu adalah hal paling kuimpikan
bebas masuk ke dalam jiwamu
atau sebatas muncul pada cerminmu
cermin masa muda yang setia
menggambarkan kemurnian ini cinta
Sumenep 2018