Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

batu permata oleh Agung Wicaksana

author = Agung Wicaksana

batu permata

“jika aku sukses,
akan kubelikan batu permata
paling mahal
yang gemerlapnya
mengalahkan binar kancingkancing kristal palsu ibu.”

ibu tak menoleh padaku.
matanya tahan tertuju pada gumul benang
di atas meja mesin jahit.

“tak perlu kau belikan
batu permata yang gemerlapnya
mengalahkan binar kancingkancingku, meski palsu.
tapi obati
batu ginjal
yang tambah merobekrobek
perut ayahmu.

cekatan, ibu masukkan benang
menembus lubang dadaku.

itu baru tak palsu.”

(surabaya,2018)

ramai kesepian

menanti waktu makan siang
rebah di bawah frankenstein gondrong
lalulalang orangorang
bubul kentut asap kendaraan
kerling lampu merah menggoda hijau
klakson bersahutan
pertanda perang.

kulit frankenstein mengelupas
jatuh menghujam dahi
baring di palung bulu mataku.
daundaun berdansa.
gugur nyenyak di ranjang empuk, rumput.
menindih
merengkuh bumi.

“apa kau kesepian?”

“kesepian kerap datang tanpa diundang
di saat beban berat maupun ringan
makan malam maupun makan siang
ramai maupun sepi
sedih maupun gembira
kesepian sama saja.

dan sedatangdatangnya kesepian seperti kehadiran tuhan
yang tak pernah kita ketahui.”

hingga tiba waktu makan siang
diiringi senandung klakson
padu parau tangis frankenstein

mengunyah kering dedaunan.
minum keringat orangorang
menghisap knalpot
embuskan asap kendaraan.

kesepian ialah makan siang
saat mulainya pertunjukkan orkestra jalanan
paling mahal.

(surabaya,2018)

belulang tanpa nama

1.
ia bersila
sebelah mata redup
batang tangannya kian pendek
jari dan kuku
: dahan bentuk keranda
bernafas dari embus lenguh lembu
dosaku setebal alkitab
alun orkestra
parau seriosa pemazmur muda
tarian sayu kembang kamboja
gugur
rebah di kepala
rambut rontok
rumput gersang
: kuning emas
membelai wajah yang kelupas
gigi tunggang tanggal
lidah bernanah
sisa mata masih waras
memandang langit agung
kicau samar
komplotan camar
terbang nuju awan sedih
gerimis berteduh
pada bungkuk bulu mata ibu.
mangkuk retak
panas sup ayam
sendok bengkok,
undangan orbituari.

2.
kami sampai di sini.
terpal kaca
kristal air mata
leleh matahari
liur dan keringat
: bubur dan kecap asin.
badan lecur
ringkuk
berlindung dari setan rupa kenanga,
jerit duri, wangi mawar
tabur melati.

3.
nisan tegak
kubur kosong
lapar tanah
meraungraung
menyeret tubuhku
liku nadi
kental darah
getar pipi
telapak kaki
: surga pecahpecah
“dimana letak makam?”
“di kaki neraka.”

4.
tonggak makam
sekop tengah bersiap
satu dua tiga
serbu lempung
tameng bayi batu
tak ada nama bagiku
bagi janinku
ibu menemukan cucu.
aku mengakhiri waktu.

5.
pembaptisan
percik air mata
kesedihan,
kesegaran bagi haus musim
kemarau selanjutnya,
lebur tubuh.
belulangku hidup di ruang laboratorium
sekolahmu.

(surabaya,2018)