Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
author = Muharwi Mukal
Dan aku adalah diriku
dengan keadaan
yang tak pernah genah.
Sebuah sajak pun merangkak
di antara tubuhku yang sonder pijak.
Menjemputmu, hari depan
adalah perjudian kelabu
bagi mata dadu sonder tentu.
Dan hari ini
masih berisi babak yang sama
babak-babak lalu yang masih saja kurawat.
Ambivalensi yang belum tamat.
2017
Di pucuk malam, sunyi membenam
jam pun memberat, dan kau tahu
ada yang enggan jadi karat
seperti cinta, yang mengendap
melolosi hari-hari sangsi.
Padamu, ingin kubagi cerita
ihwal yang lalu dan yang datang
di muka. Terasa hari bangkit
berbuih pada orbit. Sepi pun melaju
menemu bulan yang ungu. Menemu kau.
Menemu diam yang mangu.
2017
Dan kau berpindah kota
meninggalkan ingatan-ingatan
pada tempat lama kita:
Percakapan tentang puisi
juga narasi para kelasi
yang didatangkan dari laut Hindi.
Angin pun memburu dari Yogya
namun kau lebih terampil melambung
dan lebih tahan mengapung
dari kawanan para burung.
Dan tak ada lagi yang dapat kutemukan
selain fiksi-fiksi sediakala
yang pernah kita punguti dari Eropa.
Segalanya seakan telah tuntas
padahal tak kita ciptakan tapal batas
atau maklumat lain sebagai penyintas.
2017
Susunan belikat belulangmu
dan rerusuk serta persendianmu
adalah pohon jati tua
yang menahan kesedihan
dari getah zaman laju
dan kenangan demi kenangan
dari zaman yang telah beku.
Kedua tanganmu yang pasak, di antara
ruas ruang dan sekat kamar hangat, terlacak
seribu satu hikayat yang masih kau rawat.
Tetap kuat. Tetap kuat!
Di sana
pernah tinggal
anak-anakmu
yang bebal.
Dan pada punggung tubuhmu
masih ada sisa-sisa
dari jejak yang enggan kadaluwarsa:
undakan batu dibaluri lumut tua
dan galur-galur tanah
yang jadi pendiangan
dedaunan kalah.
Di sana
pernah tumbuh
anak-anakmu
yang jagung
dan singkong
yang menggembung.
Dan sepeda ontel model lama
pernah terparkir pada terasmu.
Sebuah teras yang membisu
menatap cakrawala remang:
Bagi yang pergi
dan yang pulang.
2017
Catatan Redaksi:
Puisi-puisi Muharwi Mukal nampak disusun dengan penuh kehati-hatian, berisi suara jiwa aku lirik sekaligus menunjukan kontemplasi yang cukup dalam atas situasi-situasi yang dihadapi. Beberapa puisi juga menyuguhkan lanskap-lanskap yang memperkuat imajinasi tentang kehidupan yang begitu dinamis yang tentu saja menggerakkan jiwa si aku lirik sendiri.
Tiga puisi Muharwi Mukal ini terasa menggambarkan suara jiwa aku lirik menghadapi situasi-situasi temporal: masa depan, masa kini, dan masa lalu. Masa depan dipandang sebagai sesuatu yang masih merupakan sebuah rahasia, yang harus dihadapi dan dijemput dengan segala keberanian. Karena masa depan dianggap sebagai misteri maka untuk menghadapinya, aku lirik mencoba melihat ke masa kini. Ketika melihat masa kini nampak bahwa aku lirik mencoba melihat kekurangan-kekurangan, melihat hambatan dan tantangan yang di dalamnya dibutuhkan kekuatan dan perjuangan. Sementara yang lalu hadir sebagai sebuah kekuatan untuk menguatkan yang kini tersebut. Dari hal tersebut nampak bahwa aku lirik mencoba menghadap situasi kehidupan dengan hati-hati dan tidak gegabah. Mencoba mempelajari dan mendalami kehidupan serta memperoleh banyak pelajaran baik apa yang dijalaninya maupun dari luar dirinya
Redaksi Kibul.in membuka kesempatan seluas-luasnya bagi siapa pun untuk berkontribusi dalam media ini. Kami menerima tulisan berupa cerita pendek, puisi, esai, resensi buku, dan artikel yang bernafaskan sastra, seni, dan budaya. Selain itu, kami juga menerima terjemahan cerpen dan puisi.
Silakan mengunjungi halaman cara berkontribusi di: https://kibul.in/cara-berkontribusi/